Terlihat Anunya
Malam yang indah diselimuti awan hitam pekat
dan bulan sabit begitu menawan menghiasi
langit yang terdampar luas di angkasa. Sholat Isya’ ku lewati dengan perut yang
terlonta-lonta minta diisi oleh sesuap makanan. Bergegas menuju kamar untuk
ganti baju, kemudian makan.
“Ayo mangan bareng,” ucap salah
seorang teman ketika ku di perjalanan mau ke kamar.
“Ayo,” jawab ku.
Sesampainya di kamar tercinta, ku
langsung membuka pintu lemari ku dan mengambil baju yang layak pakai untuk ku
pakai. Setelah itu ku menghampiri temanku yang mengajakku makan bersama, ia
sedang mengganti pakaiannya sementara aku membuat dia menjadi tergesah-gesah.
Aku keluar dari kamarnya, menunggunya
di depan kamar. Ku toleh kanan dan kiri banyak santri-santri yang sedang
melihat pemandangan malam itu. Mataku tertuju pada seseorang santri yang sedang
memakai sarung di depan kamar, ada seorang teman dari santri tersebut yang
keluar kamar dan manjaili santri tersebut dengan menarik sarungnya kemudian
para temannya tertawa terbahak-bahak karena pada saat itu santri tersebut tidak
memakai celana dalam dan itupun di ketahui oleh teman-temannya serta
manghemparkan santri-santri yang berada di koredor 2.
0 komentar:
Posting Komentar